Selasa, 21 Maret 2017

TAHAP & PEREKEMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TAHAP & PEREKEMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Perkembangan individu murid, siswa, dan mahasiswa (peserta didik), ditunjukkan bagaimana perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secarafisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhanfisik, kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral. Proses pengajaran dan pembelajaran tidak akan bisa berjalan efektif dan efisien apabila seorang pendidik tidak memahami perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Untuk itu pendidik memerlukan pengetahuan tentang perkembangan individu peserta didik.
1. Perkembangan pada masa kanak-kanak (early childdhood) yaitu usia 2-6 tahun
Krisis yang terjadi adalah inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilt). Secara deskriptif, anak-anak menunjukkan kemampuan dan keterampilan motorik dan menjadi lebih tertarik dalam interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka belajar mencapai keseimbangan antara hasrat kebebasan dan tanggung jawab, belajar mengontrol impuls-impuls dan fantasi kekanak-kanakan. Jika orang tua memberi harapan,tetapi konsisten dalam disiplin, maka anak akan belajaar menerima kesalahan, dan tidak dihimggapi perasaan-negatif, seperti perasaan malu secara berlebihan. Sebaliknya, jika orang tua kurang memahami anak, maka akan berkembangan perasaan bersalah dan kurang percaya diri yang berujung pada kesalahan indepedensi. Mempunyai ciri-ciri:
Negatif
Masa Bermain: -uncopice -onlooker behaviour -solitary depentent play
-parallel day -associative play -coorperative play
Masa Eksplorasi
Masa Meniru
Tahap Perkembangan Kognitif (Piaget):
-Periode Pra-operasional
-Menggunakan simbol-simbol, seperti refleksi mental, kata-kata, dan  penampilan fisik      terhadap lingkungannya (objek dan peristiwa-peristiwa).
-Kemampuan berbahasa lebih meningkat. -Transisi dari tahap intuitif ke tahap operasi konkret ditandai oleh pencapaian satu atau
  lebih konservasi(konservasi berarti bahwa aspek-aspek kuantitatif dari objek tidak    berubah kecuali kalau sesuatu ditambahkan atau dikurangkan daripadanya, meskipun  terjadi perubahan-perubahan dalam penampilannya.
-Berpikir dipandu oleh aturan-aturan logika lebih mmepercayai operasi-operasi.
-Cara berpikir bersifat egosentris
-Penalaran didominasi oleh Persepsi
-Pemecahan masalah lebih intuitif daripada logis.
Tingkat Perkembangan Moral (Kohlberg): Prakonvensional -Tahap 1:  Orientasi Hukuman -Tahap 2: Orientasi Ganjaran

2. Masa Kanak-kanak Akhir (elementary and middle school years) yaitu usia 6-12 tahun

Krisi yang terjadi adalah kompetensi vs. Rendah diri (competence vs inferiority). Secara deskriptif, sekolah atau belajar adalah peristiwa penting. Anak belajar membuat keputusan, memperoleh keterampilan-keterampilan untuk bidang-bidang pendidikan dan pekerjaan tertentu, serta pengembangan potensi dasar.  Anak-anak , menunjukkan suatu era trasnsisi antara keluarga dengan teman sebaya. Jika anak-anak memperoleh ransangan intelektual yang memaadai, maka mereka menjadi lebih produktif, dan sukses dalam mengembangkan potensinya. Sebaliknya, jika tidak memperoleh kepuasaan, maka mereka akan menunjukkan sikap rendah diri.

Mempunyai ciri-ciri:

Periode Operasional Konkret
Pengaruh teman sebaya mulai dominan
Tahap Perkembangan Kognitif (Piaget): - Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
-Operasional Konkret
-Berpikir secara konkret
- Mampu mengklasifikasi jumlah dan berat
-Mampu mengatur secara serial
-Memahami konsep bilangan.
-Berkembangan azas dalam berpikir
-Mampu berkonservasi
-Logika penggolongan dan relasi
Tingkat Perkembangan Moral Konvensional
Tahap 3: Orientasi ”good boys/girls” Tahap 4: Orientasi Otoritas tokoh yang disegani






3. Masa Remaja (Adolescense) yaitu usia 12-18 tahun

Krisis yang terjadi ialah identitas vs kebingunan peran (identity vs role confusion). Secara deskriptif, remaja  berfokus pada pertanyaan ”siapa saya”. Untuk sukses menjawab pertanyaan ini, Erickson menyatakan remaja mesti bebas dari rasa konflik dalam berbagai hal, adanya peluang untuk mengembangkan kepercayaan diri, independensi, kompetensi, dan kontrol diri. Jika remaja bebas atau sukses dalam mengatasi konflik yang mungkin terjadi, maka mereka akan sukses dalam tahap ini dan memperoleh identitas diri yang kukuh, dan siap membuat perencanaaan untuk masa depannya. Sebaliknya, jika gagal mengatasi konflik dan  identitas diri, maka remaja akan tenggelam dalam kebingunan, tidak mampu membuat pilihan dan keputusan, khususnya tentang pekerjaan, orientasi seksual, dan peran  kehidupan secara keseluruhan.

Mempunyai ciri-ciri:
Perkembangan Fisik: Mengarah ke bentuk badan orang dewasa
Perkembangan Seksual: Mulai aktifnya hormon seksual
Perkembangan Heteroseksual:  Mulai tertarik dengan lawan jenis
Perkembangan Emosional: Emosional tak stabil, berubah-ubah dan cenderung meledak- ledak.
Perkembangan Kognitif:
-Generalisasi pemikiran yang lengkap -Berpikir proposional
-Kemampuan memecahkan masalah abstrak dan hipotesis
-Berkembangannya idealisme yang kuat
-Berpikir kombinasional
-Berpikir secara sistematis
-Mampu berpikir abstrak
-Mampu memecahkan masalah belajar yang bersifat abstrak secara sistematis dan  generalis -Dapat menerapkan pernyataan-pernyataan verbal dan logis
Pola berpikir cenderung egosentris
Perkembangan Moral : Kebanyakan tingkat konvensional
Tahap 5: Orientasi tingkat sosial
Tahap 6: Orientasi asas etis
hanamagenta.blogspot.com
rollercoasterkehidupan.blogspot.co.id
maswinda16122.blogspot.co.id
winwindi.blogspot.co.id
pumelta.blogspot.co.id
rikyhambalisamosir.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar