Laporan
Observasi: Manajemen Kelas
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Psikilogi
Pendidikan
Oleh:
Kelompok 6
Melisa Windi Tri Lestari 161301084
Riky Hambali Samosir 161301100
Muhammad Dani Syahputra 161301101
Putri Amelia Tambunan 161301109
Annisyah Maulidina 161301111
Maswinda Ainun Mardiah 161301122
Bina Swita Manalu 161301131
Asyifa Rizvi Al-Miraza 161301157
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan
Observasi: Manajemen Kelas ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan atau pengetikan
kata per kata dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Medan, April 2017
Penyusun
BAB I
PERENCANAAN
1.1.
Latar Belakang (Pendahuluan)
Manajemen kelas merupakan salah satu
serangkaian upaya dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik. Guru yang baik akan
berusaha menguasai kelas dalam peoses pembelajaran dengan keterampilan
mengelola kelas yang optimal. Manajemen kelas yang baik akan membawa peserta
didik pada keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.Artinya guru mampu
menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
Oleh karena itu, sebaiknya kelas
dimanajemeni secara baik, profesional, dan berkelanjutan. Untuk sampai pada
tujuan yang dimaksud terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan hal-hal
umum/prinsip-prinsip manajemen kelas. Bahwasanya dalam kelas segala aspek
pembelajaran bertemu dan berproses; guru dengan segala kemampuannya; murid
dengan segala latar belakang dan potensinya; kurikulum dengan segala
komponennya; metode dengan segala pendekatannya; media dengan segala
perangkatnya; materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi
di dalam kelas.
Pengelolaan kelas yang buruk akan
menimbulkan permasalahan-permasalahan baik
itu permasalahan yang sifatnya tidak mengganggu, hingga ke permasalahan
yang serius dan terus menerus. Hal ini akan menyebabkan dampak-dampak buruk
bagi peserta didik dan guru tentunya. Dampak terburuk dari gagalnya manajemen
kelas adalah tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diajarkan saat itu.
Untuk menganalisis keadaan tersebut kami
selaku kelompok 6 memilih SD Negeri No. 064988 Medan Johor untuk diobservasi
melalui pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran di kelas 6A dan
6C.
1.2.
Tujuan
Tujuan
dalam observasi ini untuk mendeskripsikan :
1.
Pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran di kelas VI SD Negeri
064988 tahun pelajaran 2016/2017.
2.
Faktor-faktor apa saja yang pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran
di kelas VI b dan c SDN 064988 Medan.
BAB II
PELAKSANAAN
2.1.
Data Lokasi Observasi
Identitas
Sekolah
Nama Sekolah : SDN
064988
NPSN : 10209938
Alamat
Sekolah :
Jalan : Jl. Karya Jaya
Desa/Kelurahan : Pangkalan
Mansyur
Kecamatan : Medan
Johor
Kabupaten/Kota : Kota
Medan
Provinsi : Sumatera Utara
Telepon : 061-7882712
Kode Pos : 20143
Email : sdn064988.medan_johor@yahoo.com
Kepala
Sekolah : Hainah Harahap, S.Pd.
Objektif Observasi
Waktu pelaksanaan : Jumat,
31 Maret 2017
Lama pelaksanaan : 1
jam
Pembagian tugas :
Kelas 6A
Pewawancara : Annisyah
Maulidina
Cameraman : 1.
Muhammad Dani Syahputra
2. Maswinda Ainun
Pengobservasi : 1.
Annisyah Maulidina
2. Maswinda Ainun
3. Meilisa Windi
4. Muhammad Dani Syahputra
Kelas 6C
Pewawancara : Asyifa
Rizvi Al-Miraza
Cameraman : 1.
Putri Amelia Tambunan
2. Asyifa Rizvi Al-Miraza
Pengobservasi : 1.
Bina Swita Manalu
2. Riki Hambali Samosir
3. Asyifa Rizvi Al-Miraza
4. Putri Amelia Tambunan
Narasumber
Guru Kelas
6A : Ibu
Suwarni
Guru Kelas
6C : Ibu
H.Siregar
Objek
Observasi : Seluruh murid kelas 6A dan 6C.
2.2. Teori Pendekatan Pembelajaran
2.2.1.
Pengertian Teori Belajar
Teori
adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam Grendel 1991:5 (Hamzah Uno, 2006:4).Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya.
Belajar
merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar dilakukan hampir
setiap waktu, kapan saja, dimana saja,
dan sedang melakukan apa saja.
Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Pengertian belajar sendiri
adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman.
Jadi teori
belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta didik untuk
belajar.
2.2.2.
Macam-macam Teori Belajar
Dengan
berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan
pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi
pendidikan ini muncullah beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya
yaitu :
Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menuru
teori behavior, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau otput yang berupa respon.
Teori behavioristik dengan model dan hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Berikut
tokoh-tokoh teori behavioristik:
a.
Edward L. Thordike
Menurut
teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus
dan respon. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan
atau hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang terbentuk melalui
pengulangan. Teori ini dimunculkan
sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh thorndike. Beliau melakukan
percobaan pada seekor kucing muda. Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam
kurungan yang pintunya berjeruji. Kurungan kucing itu diberi beberapa tombol.
Apabila salah satu tombolnya terpijit,
pintu itu akan terbuka dengan sendirinya. Sementara itu, di luar
kurungan disediakan makanan yang diletakkan dalam sebuah piring. Kucing mulai
beraksi. Ia bergerak kesana kemari dan mencoba untuk keluar dari kurungan.
Tidak beberapa lama tanpa disengaja kucing tersebut menyentuh tombol pembuka
pintu. Dengan girang, ia keluar dari kurungan dan menuju tempat makanan
tersebut.
Thorndike
mencoba beberapa kali hal yang sama pada kucing tersebut. Pada awal percobaan kucing
tersebut masih mondar-mandir hingga menyentuh tombol. Namun setelah sekian lama
percobaan kucing tersebut tidak mondar-mandir lagi, ia langsung menyentuh
tombol pembuka pintu. Dengan demikian thorndike menyimpulkan bahwa proses
belajar melalui dua bentuk, yaitu:
1) trial and
error , mengandung arti bahwa
dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan, dan mencoba terus sampai
berhasil.
2) law of
effect, mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu
keadaan yang memuaskan akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
b.
Ivan Petrovitch Pavlov
Teori
pavlov lebih dikenal dengan pembiasaan klasik (classical conditioning).
Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov,
seorang ilmuwan rusia. Teori classical conditioning adalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing
dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu organisme.
Teori ini
dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan
keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaanya
Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah
diulang berkali- kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun
makananya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengondisikan pembentukan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada
jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja
dll. Terbentuk karena pengkondisian.
c.
Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif.
Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus
yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya
perilaku.
Oleh
karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang
mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya
akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
2.
Teori Kognitif
Psikologi
kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia
termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Tingkah
laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan
proses mentalnya, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya. Psikolagi
kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral kadang-kadang tampak
kesat mata dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang
belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan untuk
mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan
menggoreskan penayang dilakukan bukan sekedar respons atau stimulus yang ada,
melainkan yang terpenting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Kehadiran
aliran psikologi kognitif, tampaknya menjadi pengikis aliran behaviorisme yang selalu menekankan pada aspek perilaku
lahir. Teori-teori yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme kurang memuaskan
para psikolog modern dewasa ini.
Berikut
tokoh-tokoh teori kognitif:
a. Teori
Gestalt
Teori ini
dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full learning. Menurut
teori gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang berbuat atau bereaksi
jika ada perangsang yang memengaruhinya. Akan tetapi, manusia adalah individu
yang merupakan bulatan fisik dan psikis.
Manusia
menurut Gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara untuk bereaksi dan
menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian,
belajar menurut psikolagi gestalt bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus
dan respons yang lama makin kuat tetapi karena adanya latihan-latihan atau
ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi jika ada pengertian (insight).
Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang mencoba
memahami suatu masalah yang muncul kepadanya.
Persepsi
dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu sumbangan yang
paling penting dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus
cocok dengan pengalaman dan pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena:
(1) tugas terlalu sulit bagi siswa untuk mencapai insight, (2)
keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.
b. Teori Jean
Piaget
Menurut
Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi Teori Kognitif
Piaget dalam pembelajaran, yaitu perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara aktif mengkontruksi
pengetahuannya. Pengetahuan sendiri datang dari tindakan.
Menurut
teori Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
c. Teori
Burner
Menurut
pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan
3.
Teori Humanistik
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian..
Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia”
(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori Belajar Humanistik
adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan
manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Berikut
tokoh-tokoh teori humanistik:
a.
Carl Rogers
Rogers
kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang
sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger
membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar
yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri
tentang apakah proses belajarnya berhasil. Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam :
(1) membantu menciptakan
suasana kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar,
(2) membantu siswa untuk
memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar,
(3) membantu siswa untuk
memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
(4) menyediakan berbagai
sumber belajar kepada siswa,
(5) menerima pertanyaan dan
pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.
b.
Arthur Combs
Combs
memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
4. Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah
proses untuk membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan.
Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas
dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam
treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui
kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia
seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan
learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori
konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin
filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas
mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini
pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas
yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari
disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan
mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum
konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa
dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna
ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
- Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung
terus-menerus seumur hidup.
- Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan
lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara
membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan
melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun
penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
- Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu
skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar
- Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar
dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
- Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah
diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar
adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis
untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna
terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi
pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut
dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar
adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman
sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi,
alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara
pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis.
Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan
lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para
konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah
banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu
aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi
kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak
pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman,
asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi
pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan
realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah
berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi
konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator
yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori
belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid,
kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
- Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga
selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
- Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi
agar proses kontruksi berjalan lancar.
- Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
- Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya
sebuah pertanyaan
- Mmencari dan menilai pendapat siswa
- Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
2.2.3. Beberapa
Pendekatan pada KBM
1.Pendekatan
tujuan pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada
tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika
seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu
dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk
keberhasilan suatu tujuan.
Sebagai contoh : Apabila dalam
tujuan pembelajaran tertera bahwa siswa dapat mengelompokan makhluk hidup, maka
guru harus merancang pembelajaran, yang pada akhir pembelajaran tersebut siswa
sudah dapat mengelompokan makhluk hidup. Metode yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut dapat berupa metode tugas atau karyawisata.
2.Pendekatan
konsep
Dengan menggunakan pendekatan konsep
berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang
terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep
dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk
memahami konsep.
3.Pendekatan
lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan
berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan
digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.
4.
Pendekatan inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa
untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik
yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti (
Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin
dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada
siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
5.
Pendekatan penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan
berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan
sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada
menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan
dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang
proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
6. Pendekatan
proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung
siswa dalam kegiatan belajar.
7.Pendekatan
interaktif ( pendekatan pertanyaan anak )
Pendekatan ini memberi kesempatan
pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan
yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove,
1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukan siswa sangat bervariasi sehingga
guru perlu melakukan langkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah
pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yng spesifik.
8.Pendekatan
pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah
berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran
tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan
menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi
kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya
sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi
petunjuk.
9.Pendekatan
sains teknologi dan masyarakat ( STM )
Hasil penelitian dari National
Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa
pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa
perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada
aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan
konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup
juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah
yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah –
langkah ilmiah
10.Pendekatan
terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur
dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih
bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari
satu cara pandang.
Pendekatan terpadu dapat
diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di Indonesia, khususnya di
tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pemdekatan terpadu yang sedang
berkembang yaitu model keterhubungan, model jaring laba – laba, model
keterpaduan.
2.2.4. Beberapa Metode pada KBM
1.Metode
ceramah
Metode
ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu
khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang
menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa
terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping
menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan diri.
2. Metode
tanya jawab
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada
berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas.
3. Metode
diskusi
Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi
terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.
Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan
gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman,
menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui
diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode
belajar kooperatif
Dalam
metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan
kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling
membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar
kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang
berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
5. Metode
demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat –
alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat –
alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling
pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi
proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan
objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan
konsep serta fakta yang memungkinkan.
6.Metode
ekspositori atau pameran
Metode ekspositori
adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga
dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu
menyampaikan informasi yang diperlukan.
7.Metode
karyawisata/widyamisata
Metode
karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari
materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas
dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi
karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan
persiapan yang tidak sebentar.
8.Metode
penugasan
Metode ini
berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9.Metode
eksperimen
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10.Metode
bermain peran
Pembelajaran
dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan
lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :
·
Kemampuan guru dalam
menggunakan metode.
·
Tujuan pengajaran yang
akan dicapai.
·
Bahan pengajaran yang
perlu dipelajari siswa.
·
Perbedaan individual
dalam memanfaatkan inderanya.
·
Sarana dan prasarana
yang ada di sekolah.
Beberapa
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah pendekatan konsep,
pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri,
pendekatan penemuan, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah,
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, dan pendekatan terpadu. Untuk
merealisasikan suatu pendekatan dalam mencapai tujuan dapat digunakan beberapa
metode antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode ekspositori, metode karyawisata, metode penugasan, metode
eksperimen, metode belajar kooperatif, dan metode bermain peran.
2.3.
Motivasi
2.3.1.
Defenisi
Motivasi
Motivasi
merupakan aspek penting dalam psikologi learned
centered dalam pengajaran yakni suatu proses perilaku individu sebagai
pemberi semangat yang penuh energi , sehingga dapat bertindak sesuai tujuan
arah tertentu karena kegigihan dari suatu perilaku.
2.3.2.
Perspektif
Motivasi
Perspektif
psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif
yang berbeda pula. Empat perspektif diantaranya :
1. Perspektif
Behavioral
2. Perspektif
Humanistik
3. Perspektif
Kognitif
4.
Perspektif Sosial
o Perspektif
Behavioral
Merupakan
cara pandang yang menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci
menentukan motivasi. Motivasi murid
sebagai konsekuensi dari insentif eksternal.
Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotiasi
perilaku murid.sehingga, insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada
pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat
menjauhkan dari perilaku tidak tepat. Seperti ketika diberikan dalam bentuk
nilai yang baik, tanda bintang, pujian, penghargaan
o
Perspektif
Humanistik
Merupakan
cara pandang yang menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan
kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib sendiri serta memiliki kualitas
positif (seperti peka terhadap orang lain ).
o Perspektif Kognitif
Merupakan cara pandang yang menekankan pemikiran murid akan memandu motivasi mereka,
dan juga arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring
kemajuan menuju suatu tujuan
Perspektif
kognitif bertentangan dengan behavioral, berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya
tidak dilebih-lebihkan.
Murid meraih
prestasi tinggi bukan karena kebutuhan biologis tapi karena punya motivasi
internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif
o Perspektif
Sosial
Merupakan cara pandang yang menekankan pada
keterhubungan atau Kebutuhan afiliasi yaitu motivasi untuk berhubungan dengan
orang lain secara aman, membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan
hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan
afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama
teman, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Murid yang punya
hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap akademik
yang positif dan lebih senang bersekolah.
2.
Motivasi untuk meraih sesuatu
Perhatian
terhadap motivasi di sekolah telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Dan
dibutuhkan sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi murid
untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi. Dengan mengeksplorasi perbedaan
krusial antara motivasi ekstrinsik (eksternal ) dan motivasi intrinsik (
internal ). Beberapa pandangan kognitif penting tentang motivasi dan mengkaji
efek dari kecemasan terhadap prestasi dan strategi instruksional untuk membantu
murid berprestasi.
·
Motivasi
instrinsik
Motivasi Instrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri
).
Motivasi intrinsik terbagi dua
yaitu:
·
Motivasi intrinsik dari
determinasi diri dan pilihan personal
·
Motivasi intrinsik dari
pengalaman optimal.
Determinasi
diri dan pilihan personal. Salah satu pandangan
tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms et al.,
1984) yaitu murid ingin percaya diri bahwa mereka melakukan sesuatu karena
kemauan sendiri bukan karena imbalan eksternal.
Pengalaman
optimal adalah perasaan senang atau gembira
yang besar terhadap sesuatu yaitu ketika seseorang mengetahui dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas dengan dikenal sebagai
istilah flow. Dengan terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak sulit
dan juga tidak terlalu mudah
·
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
hukuman dan imbalan. Imbalan ekstrinsik dapat
berguna untuk mengubah perilak
2.4. Orientasi
Belajar
·
Perencanaan
dan instruksi pelajaran teacher centered
Fokus di sekolah adalah pada
perencanaan dan instruksi guru. Dalam pendekatan ini , perencanaan dan
instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
·
Perencanaan
pelajaran teacher-centered
Tiga alat umum di sekolah ynag
berguna dalam perencanaan teacher centered adalah menciptakan sasaran
behavioral ( perilaku ), menganalisis tugas dan menyusun taksonomi
(klasifikasi) instruksional.
Menciptakan
sasaran behavioral.
Sasaran behavioral ( behavioral
objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan
terjadi dalam kinerja murid. Menurut
robert majer ( 1962 ),sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa
sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·
Perilaku murid.
·
Kondisi dimana perilaku
terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
·
Kriteria kinerja.
Menganalisis
tugas
Menganalisis
tugas adalah alat lain dalam perencanaan teachered centered adalah anilisis
tugas, yang difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid
menjadi komponen – komponen ( Alberto et al., 1990). Analisis ini dapat melalui
tiga langkah dasar ( Moyer et al., 1978):
·
Menentukan keahlian
atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·
Mendaftar materi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas , seperti kertas,pensil kalkulator dan
sebagainya.
·
Mendaftar semua
komponen tugas yang harus dilakukan.
Menyusun
taksonomi instruksional. Instruksi taksional
juga membantu pendekatan teachered centered . taksonomi adalah sistem
klasifikasi. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga
domain : kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain
kognitif.mengandung 6 sasaran yaitu :
·
Pengetahuan. Murid
punya kemampuan untuk mengingat informasi. Berdasarkan hasil observasi kami
bahwa murid mempunyai kemampuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang
menyangkut tata surya seperti , nama planet, jenis planet dan benda angkasa.
·
Pemahaman adalah murid
memahami informasi dan menerangkannya dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil
observasi kami pada kelas bahwa masih banyak murid yang belum bisa
mendeskripsikan planet tanpa melihat buku dan menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan melihat buku.
·
Aplikasi. Murid
menggunakan pengetahuan problem kehidupan nyata.
·
Analisis. Murid memecah
informasi yang kompleks menjadi bagian kecil kecil dan mengaitkan dengan
informasi lain. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid dapat menganalisis
perbedaan beberapa planet dengan planet lainnya.
·
Sintesis.murid
mengombinasikan elemen elemen dan menciptakan informasi baru. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa
beberapa murid mencatat beberapa informasi penting yang ditulis guru di papan
tulis.
·
Evaluasi.murid membuat
penilaian dan keputusan yang baik. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru berasarkan hasil pembelajaran yang
diajukan guru.
Domain
afektif adalah yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas ( Krathworl et al., 1964). Terdiri atas 5 sasaran yaitu agar murid menunjukan tingkat
komitmen atau intensitas emosional tertentu :
·
Penerimaan. Murid
mengetahui atau memperhatikan sesuatu di lingkungan.
·
Respons. Murid
termotivasi untuk belajar dan menunjukan perilaku baru sebagai hasil dari
pengalamannya
·
Menghargai. Murid
terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman.
·
Pengorganisasian. Murid
mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi
prioritas yang tepat .
·
Menghargai
karakterisasi. Yaitu murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan
berkomitmen terhadap nilai tersebut.
Domain
psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan
aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain,
seperti menulis dengan tangan dn pengolahan kata , juga membutuhkan gerakan dan
menggunakan peralatan yang kompleks seperti: seni visual dan pahat membutuhkan
koordinasi mata dan tangan. Sasaran
psikomotor menurut blossom adalah :
·
Gerak refleks. Murid
merespon suatu stimulus dengan gerak refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·
Gerak fundamental
dasar.murid melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu.
·
Kemampuan perseptual.
Murid menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan untuk
melakukan sesuatu.
·
Kemampuan fisik. Murid
mengembangkan daya tahan,kekuatan dan fleksibilitas dan kegesitan.
·
Gerakan terlatih. Murid
melakukan ketrampilan fisik yang kompleks dengan lancar.
·
Perilaku nondiskusif.
Murid mongkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
Intruksi langsung
adalah pendekatan teacher centered yang terstrukur yang dicirikan oleh arahan
dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi terhadap kemajuan murid dan usaha guru meminimalisir pengaruh negatif
terhadap murid. Berdasarkan hasil pengamatan kami bahwa guru dalam hal agar
siswa mengikuti pelajaran adala dengan memberikan instruksi perhatian murid ke
papan tulis, juga murid diberikan ekspetasi yang tinggi terhadap kemajuan murid
di kelas. Guru meminimalisir efek keributan dalam hal proses belajar mengajar
adalah memberi insruksi untuk tidak ribut ke murid dan tidak menggunakan hukuman
sebagai alat meminimalisir perilaku negatif siswa.
Strategi instruksional
teacher – centered
Banyak
strategi teacher- centered merefleksikan instruksi langsung. Di sini berbicara
mengenai orientasi pada materi baru, mengajar, menjelaskan dan mendemontrasikan;
menanyakan dan diskusi;penguatan pembelajaran ; tugas di kelas dan pekerjaan
rumah.
Mengorientasikan.
Beberapa strategi
instruksional learned centered
Pembelajaran berbasis problem
Pembelajaran berbasis
problem menekankan pada masalah problem kehidupan nyata. Yaitu kurikulum riil yang mengacu pada pertanyaan tentang problem problem
dalam kehidupan nyata kepada murid.
Pertanyaan
essensial adalah pertanyaan yang mereflesikan inti
dari kurikulum. Hal yang paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari
murid
2.1.
Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pada SDN 064988 manajemen
kelas yang di lakukan sudah cukup baik karena manajemen kelas disini mengandung
aspek lingkungan fisik yang cukup baik dan mampu menciptakan pembelajaran yang
nantinya dapat mengoptimalkan kemampuan siswa. Karena lingkungan kelas yang
memadai, alat peraga yang di tempel di kelas juga berasal dari kreatifitas
siswa. Ada dua tujuan managemen kelas yang efektif : membantu murid
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas
yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional.
1.
Mendesain lingkungan fisik kelas
·
Gaya
penataan
o
Gaya penataan pada SDN
064988 adalah gaya auditorium tradisional, dimana semua murid duduk menghadap
guru di depannya.
*gaya penataan kelas SDN 064988*
Namun
selain gaya penataan ini terdapat gaya penataan kelas lain, diantaranya :
·
Gaya tatap muka (face
to face), murid saling menghadap satu sama lain.
·
Gaya off-set, sejumlah
murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu
sama lain.
·
Gaya seminar, sejumlah
besar murid (10 atau lebih) duduk din susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
·
Gaya Klaster
(cluster), sejumlah murid (4-8 orang) berkerja dalam kelompok kecil.
2. Menciptakan Lingkungan Positif untuk
Pembelajaran
Seperti yang
sudah di jelaskan sebalumnya, lingkungan yang baik mampu menghasilkan
pembelajaran maksimal yang nantinya mampu berdampak baik terhadap anak didik
dan pembelajaran yang berlangsung, ada beberapa strategi yang biasanya di
gunakan guru sebagai pedoman mereka untuk membimbing pembelajaran, yaitu :
·
Strategi
Umum
·
Gaya
otoritatif
Guru yang
otoritatif akan cendrung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau
berkerja sama dengan teman, dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru
otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan
sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan
standar dengan masukan dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan
mondorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
2.6.
Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru
Kelas 6A (Windy,
Winda, Dina, Dani)
Hasil yang dapat disimpulkan adalah
pembelajaran pada kelas ini menggunakan sistem KTSP degan metode pembelajaran
yang lebih mengandalkan diskusi dan eksperimen menggunakan alat peraga pada
pembelajarannya. Kesan pertama kami ketika memasuki kelas ini adalah “ceria”.
Guru dan murid saling berinteraksi dengan baik sekali, sekalipun terkadang guru
kualahan memonitor seisi kelas ketika mulai ribut, namun peserta didik tetap
mau mendengarkan aba aba atau perintah yang di keluarkan oleh guru sehingga
menciptakan kelas yang kondusif.
Sesuai pengakuan guru, anak anak di kelas ini
memiliki kemampuan yang beragam, namun dominan berintelegensi tinggi, mudah
menangkap pelajaran, dan aktif. Guru membuka kelas dengan pijakan awal bernyanyi,
kebetulan hari itu, 31 Maret 2017 adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
mengenai planet. Guru pun membimbing peserta didik menyanyikan lagu “alam
semesta” yang di arangsmen dengan irama balonku ada lima. Peserta didik
terlihat hapal dengan lagu yang dinyanyikan. Setelah memberi pijakan awal, guru
me-review pelajaran minggu lalu denan memberikan sesi tanya jawab, peserta
didik terlihat antusias menjawab pertanyaan yang diajukan. Dan setelah
pemberian metode ceramah sebagai inti pembelajaran, guru mencoba menguji
kemampuan siswa dengan pemberian soal
latihan dengan cara mendikte. Anak anakpun bisa menjawab pertanyaan
yaang di berikan dengan sempurna. Anak-anakpun tertib hingga jam terakhir pembelajaran.
Saat diwawancara guru menjawab
pertanyaan dengan ramah dan tearatur, menurut guru, penbelajaran pada kelas ini
mampu dioptimalkan lagi dengan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti
alat peraga.
Kelas
6C (Syifa, Bina, Putri, Riki)
Dari hasil wawancara tim bersama guru kelas 6C—Ibu
H.Siregar (44 tahun) —pada tanggal 31 Maret 2017, tepat sebelum pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di kelas itu dimulai, dapat disimpulkan bahwa murid di kelas
6C cukup antusias dalam mengikuti pelajaran. Mereka mampu memahami keseluruhan
materi yang diajarkan oleh guru. Suasana kelas juga sangat kondusif, tidak ada
siswa yang terlalu ribut selama belajar. Mereka juga tidak terpecah
konsentrasinya saat ada orang lain yang masuk ke kelas selama proses belajar. Walaupun,
menurut pengakuan Ibu Siregar, beberapa murid sedikit “bandel” tidak mau
memperhatikan guru selama menjelaskan materi. Dalam menyikapi anak yang
“bandel” tersebut, ia menuturkan cukup menegur dan menasehati saja, belum
pernah ada murid yang dihukum, karena mereka cukup paham dengan teguran.
Kelas ini cukup interaktif, pembelajaran tidak hanya
satu arah—dari guru saja—tetapi guru juga mengajak para murid untuk ikut aktif
dengan mengajukan beberapa pertanyaan lisan dan tulisan. Ibu Siregar menuturkan
adakalanya mereka membentuk diskusi kelompok. Semua metode yang diterapkan
direspon baik oleh para murid. Metode yang diterapkan oleh beliau menghasilkan
kemampuan yang bervariasi, ada beberapa murid yang masih berada di bawah
rata-rata kemampuan teman lainnya, dan ada juga murid yang menonjol.
Ibu Siregar tidak hanya menanamkan pemahaman materi
belajar, tetapi juga pendidikan karakter dan motivasi belajar. Beliau sangat
menjunjung nilai kejujuran pada siswanya dibandingkan skor tinggi yang didapat
dengan kecurangan. Selain itu, beliau juga memotivasi siswanya untuk giat belajar
mengingat mereka akan menghadapi Ujian
Nasional. Mereka di motivasi untuk belajar lebih keras agar bisa melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri.
2.7.
Fasilitas Kelas
Berdasarkan
observasi kami di SDN 064988 di
kelas 6A dan 6C memiliki fasilitas yang cukup memadai. Seperti dimana terdapat
papan tulis putih, spidol, meja dan kursi yang terbuat dari kayu, tabel absensi
siswa, jam, daftar nama murid, serta lemari. Selain itu terdapat beberapa hasil karya siswa-siswa yang tergantung di
dinding-dinding kelas yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Seperti gambar peta Indonesia, foto presiden
Indonesia, gapura garuda.
2.8.
Evaluasi
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran yang digunakan di SD Negeri 064988 adalah pendekatan terpadu. Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Dua unsur disini adalah meggunakan pendekatan tujuan pembelajaran dan
pendekatan tujuan. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip
keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu
pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
Pendekatan
terpadu dapat di implementasikan dalam berbagai model pembelajaran.
Metode
Pembelajaran
Berdasarkan fakta lapangan di SD
Negeri No. 064988 pada saat itu guru mengajar kepada murid-muridnya mengenai
bab Tata Surya. Metode pembelajaran yang digunakan di kelas 6B dan 6C adalah sama. Namun, yang membedakannya adalah
pada saat awal pembelajaran di kelas 6B guru menstimulasi murid-muridnya dengan
mengajak murid-muridnya untuk bernyanyi bersama. Berikut metode pembelajaran
yang digunakan.
·
Pada saat awal
pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, yang mana guru menjelaskan
terlebih dahulu materi pelajaran yang akan dibahas secara lisan.
·
Lalu selanjutnya guru
menggunakan metode tanya jawab. Guru menunjuk murid untuk menjawab pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan yang
terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir
siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat
terdeteksi ketika menjawab pertanyaan.
·
Setelah itu, guru
menggunakan metode penugasan yang berarti guru memberi tugas tertentu agar
siswa melakukan kegiatan belajar.Metode ini dapat mengembangkan kemandirian
siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung
jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
2.
MOTIVASI
Berdasarkan
pengamatan kami, di SD Negeri No 064988
untuk kelas 6A perspektif
motivasi dalam pembelajaran cenderung lebih condong pada motivasi perspektif
sosial dan perspektif kognitf karena siswa SD pada kelas 6A cenderung lebih
aktif dalam pembelajaran yang diajarkan guru mereka dalam kelas. Terdapat
jalinan hubungan positif terhadap guru yang mengajar dikelas dengan siswa-
siswi tersebut serta mereka termotivasi secara kompetensi yaitu dapat
menciptakan suasana yang efektif antara guru dan siswanya melalui nyanyian yang
edukatif berkaitan dengan pembelajaran. Serta siswa-siswi tersebut tidak merasa
terbebani dalam mata pelajaran yang diajarkan guru mereka. Mereka belajar
dengan susana yang menyenangkan.
Sedangkan
pengamatan kami pada kelas 6C perspektif motivasi pembelajaran cenderung lebih condong pada motivasi pespektif
Humanistik karena mereka lebih cenderung memilih untuk menjawab pertanyaan guru
mereka atau tidak. Dan dapat dibuktikan dengan respon siswa dimana tergantung
pada pertanyaan yang diajukan gurunya. Mereka cenderung memilih untuk diam saat
guru mereka memberi pertanyaan yang sulit menurut mereka. Sebaliknya, mereka
akan banyak menjawab saat guru mengajukan pertanyaan yang mudah.
Motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
hukuman dan imbalan. Berdasarkan hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas
6B dan 6C bahwa siswa mendapatkan motivasi eksternal disaat kami sedang
melakukan sesi tanya jawab dengan memberi reward atau hadiah bagi siswa yang
mengangkat tangan dan menjawab beberapa pertanyaan seputar pelajaran ipa.
Sebagian besar siswa memiliki motivasi eksternal yang kuat untuk menjawab beberapa
pertanyaan kami seputar ipa. Mereka dipengaruhi oleh kondisi dimana motivasi
eksternal berupa pemberian hadiah cokelat dan juga melihat temannya yang lain
antusias mengangkat tangan maka siswa atau murid juga termotivasi untuk
menjawab pertanyaan dan mendapatkan hadiah. Kami dalam hal memberi motivasi
menggunakan dasar teori pengondisian klasik (classical conditioning).
Teori
ini dikemukakan oleh ahli behavioristik rusia yaitu ivan pavlov. Ivan pavlov
tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Dalam eksperimennya, dia secara
rutin meletakkan bubur daging di depan mulut anjing yang menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur. Anjing mengeluarkan air liur disaat sejumlah stimuli
direspon dengan makanan seperti ketika dia melihat piring makanan, orang yang
membawa makanan , suara pintu tertutup saat makanan tiba dan teori inilah yang
dikenal sebagai teori pembelajaran klasik ( classical conditioning ).
Pengkondisian klasik
adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau
mengasosiasikan stimuli. Ada beberapa istilah dalam pengkondisian klasik yaitu,
US (unconditioned stimulus), UR (unconditioned response), CS (conditioned stimulus), dan CR (conditioned respons).
Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6B dan 6C dimana uconditioned stimulus (UC) atau stimulus yang tidak kami
kondisikan adalah cokelat, dimana UR (unconditioned
respons) adalah rasa penasaran murid tentang cokelat tersebut, dimana untuk
awal pertanyaan adalah stimulus netral. Pertanyaan (stimulus )kami tambahkan
dengan Unconditioned response atau cokelat maka murid antusias (unconditioned response). Ada periode
dimana murid menunjuk jari untuk pertanyaan kami tetapi hanya beberapa murid
yang kami tunjuk. lama kelamaan pertanyaan itu bagi murid bukan lagi stimulus
netral tapi adalah sebuah stimulus terkondisi (conditioned stimulus) juga antusias murid dalam menjawab pertanyaan
adalah suatu respon terkondisi (unconditioned
response). Tetapi ada kalanya terjadi pelenyapan atau extention yaitu
pelemahan conditioned response (CR)
karena tidak adanya unconditioned
stimulus (US). Dalam beberapa sesi pertanyaan ada beberapa murid mengangkat
tangan untuk menjawab pertanyaan tetapi kami menunjuk murid lainnya maka anak
yang tidak kami tunjuk tadi lama kelamaan tidak lagi termotivasi untuk menjawab
pertanyaan maka dia tidak lagi menunjuk tangan dan terjadilah pelenyapan atau extention.
Motivasi instrinsik
adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri
(tujuan itu sendiri). Dalam observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B saat
guru mengajukan pertanyaan maka ada beberapa murid menjawab pertanyaan guru
tentang planet tanpa disertai imbalan tetapi mendapat pujian dari guru dan
murid semakin meningkat motivasi intrinsiknya. Sedangkan untuk kelas 6c metode
guru untuk membuat murid mendapatkan motivasi intrinsiknya adalah dengan
menyanyi lagu tentang planet dan memotivasi murid untuk lebih mengenal nama
nama planet.
eterminasi
diri dan pilihan personal. Salah satu pandangan
tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms et al.,
1984) yaitu murid ingin percaya diri bahwa mereka melakukan sesuatu karena
kemauan sendiri bukan karena imbalan eksternal. Pada observasi kami di SD Negeri
090630 kelas 6B bahwa guru menggunakan metode ceramah yang hanya beberapa murid
yang antusias menjawab pertanyaan tentang planet sedang yang lainya tidak
menanggapi kalau tidak ada imbalan ekstrinsik. Sedangkan untuk kelas 6C bahwa
guru menggunakan metode pembelajaran edukatif yaitu menyanyi dimana secara
keseluruhan murid ikut serta dalam mempelajari planet dengan menyanyi bersama
dan mengenal nama nama planet secara bersama.
Pengalaman
optimal adalah perasaan senang atau gembira
yang besar terhadap sesuatu yaitu ketika seseorang mengetahui dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas dengan dikenal sebagai
istilah flow. Dengan terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak sulit
dan juga tidak terlalu mudah. Hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B
bahwa flow atau pengalaman optimal hanya terjadi pada beberapa murid yang
memiliki pengetahuan yang besar, sedangkan karena guru hanya menggunakan metode
ceramah yang tidak efektif membuuat murid yang antusias tetapi karena aktivitas
yang dihadapinya tidak menantang maka hasilnya adalah kejemuan. sedangkan
secara keseluruhan apabila memakai motivasi ekstrinsik murid memiliki rata rata
pengetahuan yang tinggi dan hanya beberapa murid yang memilik pengetahuan yang
rendah dan memiliki sikap apati atau tidak percaya diri. Sedangkan untuk kelas
6C murid secara keseluruhan diajak untuk aktif dalam akktivitas yang tidak
terlalu berat tetapi menimbulkan perasaan bahagia seperti menyanyi maka
pengalaman optimal kelas 6C tinggi.
Imbalan
ektrinsik dan motivasi intrinsik
Imbalan
ekstrinsik dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Akan tetapi dalam suatu situasi imblab atau hadiah dapat melemahkan
pembelajaran contoh obervasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B adalah murid
yang menjawab pertanyaan karena tertarik dengan pelajaran yang tidak ada
imbalan lebih tertarik belajar dibanding murid yang hanya mengetahui pelajaran
ipa karena ada imbalan. Murid yang termotivasi karena ada imbalan hanya antusias
apabila diberi imbalan sedangakan murid yang ada atau tidak ada imbalan akan
selalu termotivasi menjawab pertanyaan.
·
Perencanaan
dan instruksi pelajaran teacher centered
Fokus di sekolah adalah pada
perencanaan dan instruksi guru. Dalam pendekatan ini , perencanaan dan
instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
·
Perencanaan
pelajaran teacher-centered
Tiga alat umum di sekolah yang
berguna dalam perencanaan teacher
centered adalah menciptakan sasaran behavioral ( perilaku ), menganalisis
tugas dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
Menciptakan
sasaran behavioral.
Sasaran behavioral ( behavioral
objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan
terjadi dalam kinerja murid. Menurut
robert majer ( 1962 ),sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa
sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·
Perilaku murid. Fokus
pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid. Pada observasi di SD Negeri 064988 kelas 6B dan kelas 6C guru
fokus dengan apa yang dilakukan murid dikelas dengan menjaga kondisi kelas
tetap kondusif dan tenang juga fokus terhadap apa yang diterangkan olehnya dan
apakah yang diterangkan guru tersebut dipahami oleh murid tersebut.
·
Kondisi dimana perilaku
terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
Pada
hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C pada akhir pembahasan
per-topik materi maka guru akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji
tingkat kepahaman murid terhadap materi yang baru dibahas.
·
Kriteria kinerja.
Menentukan level kinerja yang dapat diterima. Berdasarkan hasil 0bservasi kami
di SD Negeri 060960 kelas 6A dan 6C murid pada akhir pembelajaran akan membuat
kuis pertanyaan terkait pembelajaran yang baru dipelajari dan materi yang
diujikan mempunyai kriteria soal yang menguji kinerja murid dalam memahami
materi.
Menganalisis
tugas
Menganalisis tugas adalah alat lain
dalam perencanaan teachered centered adalah anilisis tugas, yang difokuskan
pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen –
komponen ( Alberto et al., 1990). Analisis ini dapat melalui tiga langkah dasar
( Moyer et al., 1978):
·
Menentukan keahlian
atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
Berdasarkan
hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan 6C bahwa guru memeriksa
apakah murid membawa buku pelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran
juga memakai konsep ceramah dalam hal proses mengajar.
·
Mendaftar materi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas , seperti kertas,pensil kalkulator dan
sebagainya. Pada hasil observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6B dan 6C
secara keseluruhan murid lengkap dalam hal perlengkapan pembelajaran seperti
pensil,pulpen,penggaris dan juga alat tulis lainnya. juga perlengkapan kelas
lainnya yang menunjang proses belajar mengajar seperti papan tulis dan kapur
tulis lengkap.
·
Mendaftar semua
komponen tugas yang harus dilakukan. Berdasarkan hasil observasi kami di SD Negeri
064988 kelas 6B dan 6C guru membuat daftar pertanyaan sebelum melakukan proses
mengajar dan memberikan pertanyaan pada akhir pembelajaran.
Menyusun
taksonomi instruksional. Instruksi taksional
juga membantu pendekatan teachered centered . taksonomi adalah sistem
klasifikasi. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga
domain : kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain
kognitif.mengandung 6 sasaran yaitu :
·
Pengetahuan. Murid punya
kemampuan untuk mengingat informasi. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa
murid mempunyai kemampuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang menyangkut
tata surya seperti , nama planet, jenis planet dan benda angkasa.
·
Pemahaman adalah murid
memahami informasi dan menerangkannya dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil
observasi kami pada kelas bahwa masih banyak murid yang belum bisa
mendeskripsikan planet tanpa melihat buku dan menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan melihat buku.
·
Aplikasi. Murid menggunakan
pengetahuan problem kehidupan nyata.
·
Analisis. Murid memecah
informasi yang kompleks menjadi bagian kecil kecil dan mengaitkan dengan
informasi lain. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid dapat menganalisis
perbedaan beberapa planet dengan planet lainnya.
·
Sintesis.murid
mengombinasikan elemen elemen dan menciptakan informasi baru. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa
beberapa murid mencatat beberapa informasi penting yang ditulis guru di papan
tulis.
·
Evaluasi.murid membuat
penilaian dan keputusan yang baik. Berdasarkan hasil observasi kami bahwa murid
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru berasarkan hasil pembelajaran yang
diajukan guru.
Domain
afektif adalah yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas ( Krathworl et al., 1964). Terdiri atas 5 sasaran yaitu agar murid menunjukan tingkat
komitmen atau intensitas emosional tertentu :
·
Penerimaan. Murid
mengetahui atau memperhatikan sesuatu di lingkungan. Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6A dan 6C Pada saat kami datang ke kelas untuk melakukan observasi dan
kami bertanya tentang hal pembelajaran. Secara keseluruhan murid mendengarkan
pertanyaan kami.
·
Respons. Murid
termotivasi untuk belajar dan menunjukan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya. Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6A dan 6C Pada saat kami
mengajukan pertanyaan murid merespon dengan mengangkat tangan untuk menjawab
pertanyaan dari kami.
·
Menghargai. Murid
terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman. Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988
kelas 6A dan 6C Murid menghargai bahwa menjawab pertanyaan sebagai kemampuan
yang penting.
·
Pengorganisasian. Murid
mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi
prioritas yang tepat. Dalam hal
observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C murid yang tidak mengangkat
tangan kami minta berpartisipasi dalam hal menjawab pertanyaan yang kami
ajukan.
·
Menghargai
karakterisasi, yaitu murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan
berkomitmen terhadap nilai tersebut.
Dalam hal observasi kami di SD Negeri 064988 kelas 6A dan 6C, kami
menghimbau kepada murid yang ada dikelas agar tidak menjawab pertanyaan dari
guru hanya karena memperoleh imbalan saja tetapi karena kemauan diri sendiri.
Domain
psikomotor. Kebanyakan dari kita menghubungkan
aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain,
seperti menulis dengan tangan dn pengolahan kata , juga membutuhkan gerakan dan
menggunakan peralatan yang kompleks seperti: seni visual dan pahat membutuhkan
koordinasi mata dan tangan. Sasaran
psikomotor menurut blossom adalah :
·
Gerak refleks. Murid
merespon suatu stimulus dengan gerak refleks tanpa perlu banyak berpikir.
·
Gerak fundamental
dasar.murid melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu.
·
Kemampuan perseptual.
Murid menggunakan indra, seperti penglihatan, pendengaran, atau sentuhan untuk
melakukan sesuatu.
·
Kemampuan fisik. Murid
mengembangkan daya tahan, kekuatan dan fleksibilitas dan kegesitan.
·
Gerakan terlatih. Murid
melakukan ketrampilan fisik yang kompleks dengan lancar.
·
Perilaku nondiskusif.
Murid mongkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.
Intruksi langsung
adalah pendekatan teacher centered yang terstrukur yang dicirikan oleh arahan
dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi terhadap kemajuan murid dan usaha guru meminimalisir pengaruh negatif
terhadap murid. Berdasarkan hasil pengamatan kami bahwa guru dalam hal agar
siswa mengikuti pelajaran adala dengan memberikan instruksi perhatian murid ke
papan tulis, juga murid diberikan ekspetasi yang tinggi terhadap kemajuan murid
di kelas. Guru meminimalisir efek keributan dalam hal proses belajar mengajar
adalah memberi insruksi untuk tidak ribut ke murid dan tidak menggunakan hukuman
sebagai alat meminimalisir perilaku negatif siswa.
Strategi instruksional teacher – centered
Berdasarkan
hasil observasi kami guru di kelas 6A dan 6C meorientasikan materi baru dengan
mengaitkan ke materi berikutnya juga memberikan instruksi ang jelas tentang
pelajaran yang akan dipelajari.
Berdasarkan
hasil pengamatan kami bahwa guru di kelas 6C memakai metode instruksi langsung
yaitu pengajaran. Pengajaran yang dilakukan yaitu guru menerapkan waktu yang
lebih banyak untuk menerangkan dan mendemonstrasikan materi dan kebanyakan
murid tidak aktif dalam proses belajar dengan metode tersebut, selain itu guru
di kelas 6C memakai metode instruksi langsung yaitu pertanyaan dan diskusi
dimana guru di kelas 6C mengajukan pertanyaan kepada murid selesai materi
pembelajaran.
Berdasarkan
Guru di kelas 6C memakai metode instruksi langsung mastery learning dimana guru
mengajar menggunakan konsep atau cara tertentu dalam belajar. Guru dikelas 6C
mengajarkan nyanyian terkait sistem tata surya dan juga seatwork atau pekerjaan
di bangku masing masing seperti pengerjaan tuggas selesai materi.
Beberapa strategi instruksional learned centered
Pembelajaran berbasis
problem
Berdasarkan
bahwa guru di kelas 6C memakai teori ini dimana masalah berkaitan tentang tata
surya dan kondisi iklim ditanyakan kemurid, misalnya: guru: ”kalau misalnya
kita tinggal di gurun apa yang terjadi pada kondisi tubuh kita”. Maka murid
merespon : “ tubuh kita akan panas bu dan akan haus disana karena air sedikit”.
Maka guru kelas 6C memakai metode learned
centered yaitu kurikulum berdasarkan problem.
Pertanyaan essensial adalah
pertanyaan yang mereflesikan inti dari kurikulum. Hal yang paling penting yang
harus dieksplorasi dan dipelajari murid. Berdasarkan bahwa guru kelas 6C
memakai metode instruksi ini dimana guru mengajukan pertanyaan
Guru
:” murid murid apa yang dimaksud tata surya dan apa benda bendanya.”
Maka
murid menjawab pertanyaan ini dengan mengajukan pengertian planet, bentuk
planet, jenis peredaran planet dan nama nama planet.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Rangkuman Hasil Observasi
Observasi yang
dilakukan oleh Kelompok 6 Psikologi Pendidikan di SDN 064988 Medan Johor
memberikan hasil yang cukup memuaskan kelompok. Dinamika manajemen kelas yang
terjadi antara murid dan guru relevan dengan teori belajar dan motivasi yang
ada. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh para guru terhadap murid juga
mendapat respon positif yang terlihat dari kemajuan berpikir para murid.
Suasana kelas yang menyenangkan namun tetap kondusif juga memberi kesan
“hangat”, belajar tidak terlalu kaku tetapi tidak menghilangkan sisi formalnya.
Motivasi murid dalam
belajar juga terlihat dari sikap antusias mereka dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru secara lisan. Mereka tetap menjawab
dengan percaya diri walaupun salah. Namun, masih ada beberapa murid yang enggan
berpartisipasi karena mungkin masih ragu untuk menjawab (takut salah). Meskipun
demikian, pemahaman murid tentang materi yang disampaikan guru tetap
tersampaikan.
Para guru dan murid di
SDN 064988 juga memiliki sikap ramah dan santun kepada tamu. Mereka menyambut
anggota kelompok dengan baik dan ceria. Mereka juga langsung merasa akrab dan
tidak canggung saat diajak bicara. Suasana kelas juga tetap belajar dengan
kondusif meski ada tamu yang duduk di dalam kelas mereka.
3.2. Dokumentasi
|
|
|
Proses Belajar Mengajar Kelas 6C
|
DAFTAR PUSTAKA
Nabawi, R.A. (2013, Juni 6). Tugas Akhir Psikologi Pendidikan: Observasi
E-Learning. Retrieved Maret 25, 2016, from Informatif: http://12010rmahn.blogspot.co.id/search/?q=hasil+observasi
Roestiyah.
1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, W.
(2009). Penelitian Pendiidikan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Santrock, J.W.
(2004). Psikologi Pendidikan ed. 2.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sukadji, S.
(1993). Psikologi Peadagogi. Depok: Universitas Indonesia.
Sukadji, S.
(2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: Universitas
Indonesia.
Syah
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Trianto.
(2010). Pengantar Penelitian Pendidikan
bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
hanamagenta.blogspot.com
maswinda16122.blogspot.co.id
winwindi.blogspot.co.id
pumelta.blogspot.co.id
rikyhambalisamosir.blogspot.com
http://rollercoasterkehidupan.blogspot.co.id
maswinda16122.blogspot.co.id
winwindi.blogspot.co.id
pumelta.blogspot.co.id
rikyhambalisamosir.blogspot.com
http://rollercoasterkehidupan.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar