Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah (problem-solving) dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap inteligensi sering kali difokuskan pada perbedaan dan penilaian individual. Perbedaan individual adalah cara di mana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Inteligensi merupakan hal yang paling banyak diberi perhatian dan paling banyak dipakai untuk menarik kesimpulan tentang perbedaan kemampuan murid. Terdapat dua jenis tes dalam menentukan tingkat inteligensi seseorang, yaitu:
TES INTELIGENSI INDIVIDUAL
1. Tes Binet
Alfred Binet dan
mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun tes inteligensi untuk memenuhi
permintaan dari Menteri Pendidikan Perancis guna mengidentifikasi anak-anak
yang tidak mampu belajar disekolah. Tes ini disebut Skala 1905 yang terdiri
dari 30 pertanyaan, mulai kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan
untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak.
Binet
mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan
mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Pada tahun 1912,
William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental
seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronological age- CA), dikalikan 100
atau IQ = MA/ CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ
orang itu adalah 100. Dan jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQ-nya
lebih dari 100.
Tes Binet
direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman
inteligensi dan tes inteligensi. Revisi-revisi ini disebut tes Stanford-Binet.
Skor pada tes Stanford-Binet mendekati distribusi normal dikarenakan banyaknya
orang dari usia yang berbeda dan juga latar belakang yang beragam.
Tes
Stanford-Binet kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2 tahun
hingga dewasa. Tes ini memuat banyak item, beberapa di antaranya membutuhkan
jawaban verbal dan yang lainnya respons nonverbal. Item yang merefleksikan
level kinerja dewasa antara lain tes pendefinisian kata seperti disproporsional
dan hormat, tes menjelaskan pepatah, dan membandingkan antara pengangguran dan
kemalasan.
Pada 1985, edisi
keempat tes Stanford-Binet dipublikasikan. Salah satu penambahan penting pada
versi ini adalah analisis respons individual dari segi empat fungsi, yaitu
penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, dan memori
jangka pendek.
2. Skala Wechsler
Tes ini
dikembangkan oleh David Wechsler. Dalam tes ini mencakup Wechsler Preschool and
Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4
sampai 6 ½ tahun; Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R)
untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult
Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal
dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada enam subskala verbal, IQ kinerja
didasarkan pada lima subskala kinerja.
TES KELOMPOK
Tes inteligensi
kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Kuhlman-Anderson
Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok
ini lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada
kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompok besar, peneliti tak dapat
menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan
sebagainya. Karena keterbatasan ini, maka saat akan dibuat keputusan penting
menyangkut murid, tes inteligensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi
lain tentang kemampuan murid.
TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES
1. Teori Triarkis Sternberg
Menurut teori
inteligensi triarkis dari Robert J. Sternberg, inteligensi muncul dalam tiga
bentuk utama, yaitu:
Inteligensi analitis → kemampuan untuk menganalisis,
menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan.
Inteligensi kreatif → kemampuan untuk mencipta, mendesain,
menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan.
Inteligensi praktis → kemampuan untuk menggunakan,
mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
2. Delapan Kerangka Pikiran Gardner
Howard Gardner
percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Ada
delapan kerangka menurut Gardner yang dideskripsikan bersama dengan contoh
pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka:
Keahlian verbal → kemampuan untuk berpikir dengan kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
Keahlian matematika → kemampuan untuk menyelesaikan operasi
matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan).
Keahlian spasial → kemampuan untuk berpikir tiga dimensi
(arsitek, perupa, pelaut).
Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk memanipulasi
objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari, atlet).
Keahlian musik → sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan
suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
Keahlian intrapersonal → kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog).
Keahlian interpersonal → kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional
kesehatan mental).
Keahlian naturalis → kemampuan untuk mengamati pola-pola di
alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani,
ahli ekologi, ahli tanah).
3. Proyek Spektrum
Proyek Spektrum
adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk menguji delapan inteligensi
anak-anak. Proyek Spektrum diawali dengan ide dasar bahwa setiap murid punya
potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua area. Kelas Spektrum
memiliki banyak materi yang dapat menstimulasi berbagai inteligensi. Secara
keseluruhan, kelas Spektrum punya 12 area yang didesain untuk melatih dan
meningkatkan multiple intelligences murid. Kelas Spektrum juga dapat
mengungkapkan keahlian yang biasanya tidak tampak dalam kelas reguler.
4. Key School
Key School merupakan sekolah dasar K-6 di
Indianapolis yang menyediakan kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai
keterampilan yang berkaitan dengan delapan kerangka pikiran dari Gardner.
Setiap hari masing-masing anak diberi materi yang didesain untuk menstimuli
seluruh kemampuan manusia. Materi itu antara lain seni, musik, bahasa,
matematika, dan permainan fisik, dan diminta untuk memahami diri sendiri dan
orang lain.
Tujuan Key School
adalah membuat murid menemukan sendiri minat dan bakat masing-masing, dan
kemudian membiarkan mereka mengeksplorasinya. Gardner percaya bahwa jika guru
memberi murid kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka,
maka hampir semua murid akan tahu bahwa dirinya punya kelebihan dalam satu hal.
5. Emotional Intelligence
Teori emotional
intelligence merupakan kemampuan untuk memonitor perasaan diri sendiri dan
perasaan serta emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya, dan kemampuan
untuk menggunakan informasi ini untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya.
Teori ini didefinisikan oleh Peter Salovy dan John Mayer. Menurut Goleman,
emotional intelligence terdiri dari empat area:
Developing emotional awareness → kemampuan untuk memisahkan
perasaan dari tindakan.
Managing emotions → kemampuan untuk mengendalikan amarah.
Reading emotions → kemampuan untuk memahami perspektif orang
lain.
Handling relationships → kemampuan untuk memecahkan problem
hubungan manusia.
0 komentar:
Posting Komentar