Minggu, 09 April 2017

Psikologi Pendidikan: Inteligensi



Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah (problem-solving) dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap inteligensi sering kali difokuskan pada perbedaan dan penilaian individual. Perbedaan individual adalah cara di mana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Inteligensi merupakan hal yang paling banyak diberi perhatian dan paling banyak dipakai untuk menarik kesimpulan tentang perbedaan kemampuan murid. Terdapat dua jenis tes dalam menentukan tingkat inteligensi seseorang, yaitu:

TES INTELIGENSI INDIVIDUAL
1. Tes Binet

     Alfred Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun tes inteligensi untuk memenuhi permintaan dari Menteri Pendidikan Perancis guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar disekolah. Tes ini disebut Skala 1905 yang terdiri dari 30 pertanyaan, mulai kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak.
      Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Pada tahun 1912, William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronological age- CA), dikalikan 100 atau IQ = MA/ CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Dan jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQ-nya lebih dari 100.     
     Tes Binet direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman inteligensi dan tes inteligensi. Revisi-revisi ini disebut tes Stanford-Binet. Skor pada tes Stanford-Binet mendekati distribusi normal dikarenakan banyaknya orang dari usia yang berbeda dan juga latar belakang yang beragam.
     Tes Stanford-Binet kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2 tahun hingga dewasa. Tes ini memuat banyak item, beberapa di antaranya membutuhkan jawaban verbal dan yang lainnya respons nonverbal. Item yang merefleksikan level kinerja dewasa antara lain tes pendefinisian kata seperti disproporsional dan hormat, tes menjelaskan pepatah, dan membandingkan antara pengangguran dan kemalasan.
     Pada 1985, edisi keempat tes Stanford-Binet dipublikasikan. Salah satu penambahan penting pada versi ini adalah analisis respons individual dari segi empat fungsi, yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, dan memori jangka pendek.
2. Skala Wechsler

     Tes ini dikembangkan oleh David Wechsler. Dalam tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 ½ tahun; Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada enam subskala verbal, IQ kinerja didasarkan pada lima subskala kinerja.
TES KELOMPOK

     Tes inteligensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Kuhlman-Anderson Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok ini lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompok besar, peneliti tak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagainya. Karena keterbatasan ini, maka saat akan dibuat keputusan penting menyangkut murid, tes inteligensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan murid.
TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES

1. Teori Triarkis Sternberg

     Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Sternberg, inteligensi muncul dalam tiga bentuk utama, yaitu:
Inteligensi analitis → kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan.
Inteligensi kreatif → kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan.
Inteligensi praktis → kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
2. Delapan Kerangka Pikiran Gardner

     Howard Gardner percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Ada delapan kerangka menurut Gardner yang dideskripsikan bersama dengan contoh pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka:
Keahlian verbal → kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara).
Keahlian matematika → kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan).
Keahlian spasial → kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, perupa, pelaut).
Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari, atlet).
Keahlian musik → sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif).
Keahlian intrapersonal → kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif (teolog, psikolog).
Keahlian interpersonal → kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional kesehatan mental).
Keahlian naturalis → kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli ekologi, ahli tanah).
3. Proyek Spektrum

     Proyek Spektrum adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek Spektrum diawali dengan ide dasar bahwa setiap murid punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua area. Kelas Spektrum memiliki banyak materi yang dapat menstimulasi berbagai inteligensi. Secara keseluruhan, kelas Spektrum punya 12 area yang didesain untuk melatih dan meningkatkan multiple intelligences murid. Kelas Spektrum juga dapat mengungkapkan keahlian yang biasanya tidak tampak dalam kelas reguler.
4. Key School

     Key School merupakan sekolah dasar K-6 di Indianapolis yang menyediakan kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan delapan kerangka pikiran dari Gardner. Setiap hari masing-masing anak diberi materi yang didesain untuk menstimuli seluruh kemampuan manusia. Materi itu antara lain seni, musik, bahasa, matematika, dan permainan fisik, dan diminta untuk memahami diri sendiri dan orang lain.
     Tujuan Key School adalah membuat murid menemukan sendiri minat dan bakat masing-masing, dan kemudian membiarkan mereka mengeksplorasinya. Gardner percaya bahwa jika guru memberi murid kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka, maka hampir semua murid akan tahu bahwa dirinya punya kelebihan dalam satu hal.
5. Emotional Intelligence

     Teori emotional intelligence merupakan kemampuan untuk memonitor perasaan diri sendiri dan perasaan serta emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya, dan kemampuan untuk menggunakan informasi ini untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya. Teori ini didefinisikan oleh Peter Salovy dan John Mayer. Menurut Goleman, emotional intelligence terdiri dari empat area:
Developing emotional awareness → kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan.
Managing emotions → kemampuan untuk mengendalikan amarah.
Reading emotions → kemampuan untuk memahami perspektif orang lain.

Handling relationships → kemampuan untuk memecahkan problem hubungan manusia.

0 komentar:

Posting Komentar